Minggu, 29 November 2015

WADUK SINDANGPANO



DATATEKNIS BENDUNGAN

 1.Dimensi Bendungan

   Panjang Bendungan         :         95   m�
   Tinggi Bendungan            :         14   m�
   Lebar Bawah                   :        90   m�
   Lebar Atas                       :          5   m�
   El.Atas Bendungan           : + 397,00 m dpl
   El. Bawah Bendungan      : + 383,00 mdpl
   TMAMaksimum              : + 395,00 m dpl

2.   Spillway

  Type Mercu                        :       Ogee
  Lebar Mercu                       :       15 m�
  Kapasitas Limpasan          :        21,50 m3/dt

3.  Tipe Bendungan

   -  Urugan Tanah

4.  Outlet (Saluran Pengelak)

Gorong-gorong beton tulang dengan ukuran tinggi = 1,50 m,  lebar 1,00 m  dan panjang = 84,00 m dengan kemiringan 0.02.

5. Volume dan Luas Genangan

- Volume waduk maksimum 184.053,75 m3
- Elevasi permukaan air maksimum + 395 m dpl
- Elevasi dasar waduk adalah  + 383 mdpl
- Luas genangan maksimum  sekitar 30.186 m2 
( sumber : psda.jabarprov )

Sumber Air UPTD PSDA Rajagaluh


Sumber air Daerah Irigasi Cikamangi dari Sungai Cikadongdong yang merupakan akumulasi dari beberapa anak sungai dibagian hulu. Saat ini debit sungai yang ada dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi debit dikarenakan kurangnya sistem penyimpanan air akibat dari berkurangnya daerah resapan dan daerah konservasi di sekitar aliran sungai. Pada saat musim kemarau, debit air yang mengalir di Sungai Cikadongdong digolongkan kurang apalagi di hulu bendung Cikamangi terdapat beberapa Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten. Namun pada saat musim penghujan, debit ait yang mengalir ke Sungai Cikadongdong mengalami kelebihan.

Sabtu, 28 November 2015

TUGAS POKOK PEKERJA HARIAN LEPAS ( PHL ) UPTD JARINGAN IRIGASI WIL. RAJAGALUH


No JI/JP Nama PHL DI / Pintu Panjang Sal. (m)           Areal (ha) Tugas Pokok Ket.
1 Sindangwangi Alo S BTh 0-2 2270 68 Babadan rumput, Mengangkat sampah Hidasan,Kurasan, Membersihkan rumput dipasangan,Pelumasan pintu air, Mengatur pintu air, Melaksanakan tugas dari atasan.  
    Arip Y Bth 2-3      
    Wawan Bth 3-4      
    Entis BCjj 1-2 1135 88  
    Adang K BPmj 3-5      
    Hidayat BCw. 8 3675 66  
    Oman BCw. 9 1484 51  
    Rusta BCjj. 2 655 13  
    Dadan S BCjj. 3 643 37 Dinas
2 Rajagaluh Irawan Cd. 1 357 18  
      Cd. 3 470 25  
    Atang R Cikarikil 623 25  
      Ciceuri 396 20  
    Dedi mulyadi BCw. 6 350 18  
      BCw. 7 475 62  
    Adrian F Janawi 470 10  
      BCd. 2 682 65  
    Ace Carta BCd. 4 462 28  
      BCd. 5 141 19  
      Cijajaway 321 15  
    Asep Gun gun Cilimus 1 310 16  
      Cilimus 2 235 20  
    Anggi DM Cisadana 1092 19  
      Cibelo 1750 20  
    Dadan Sr Sindangpano 2602 78 Dinas
             
3 Cikamangi Fuji Susanto BKm 2 526 26  
      BKm 3 707 7  
    Nana Tardiana BKm 6 515 54  
      BKm 7 346 35  
    Kusmadi Bkm 10 791 34  
      Bkm 11 424 136  
    Anton Santoni Cikabuyutan 1876 59  
    Dadi C BKm.  8 678 89  
      BKm. 9 1304 109  
             
4 Cikondang Dani H BKd. 1 286 125  
    Manap BKd. 2 335 50  
    Oyo K BKd. 3 1540   SUP
    Edi R Bcwy. 1-2 400 7 SUP
    yan R Bcwy. 3 950 4 Dinas
    Yopi H Bcwy. 4-5 609 26  
    Erwin W Bcwy. 6 45 133  
5 Ireng Taslim Cikamangi 799 24  
      Sal. Sek. Ireng      
      Pintu Bkd-Ireng 1      
    Dedi Cikamangi 522 19  
      Sal. Sek. Ireng      
      Pintu 1-2      
    Ujang Soleh Cikamangi 1391 82  
      Sal. Sek. Ireng      
      Pintu 2-3      
    Sophian S Cikamangi 1091 42  
      Sal. Sek. Ireng      
      Pintu 5-6      
    Yasin Fadilah Cikamangi 570 38  
      Sal. Sek. Ireng      
      Pintu 6-7      
1 2 3 4 5 6 7 8
    Budi Hartono Cikamangi 804 190 Babadan rumput, Mengangkat sampah Hidasan,Kurasan, Membersihkan rumput dipasangan,Pelumasan pintu air, Mengatur pintu air, Melaksanakan tugas dari atasan.  
      Sal. Sek. Ireng      
      Pintu 7-9      
             
6 Palasah Acu Sugiono BPlh. 6 470 52  
    Jamal Alfarizi BPlh. 7 422 47  
    Titen B.S BPlh. 8 753 54  
    Agus T BPlh. 9 837 79  
    Dede S BPlh 5 810 43 Dinas
    Rostiana BPlh 4 402 12 Dinas
    Dedeh N BPlh 10 1038 88 Dinas
      Bcbyk 745 25  
             
             

Sabtu, 21 November 2015

Wilayah Kerja UPTD Jaringan Irigasi Wilayah Rajagaluh


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 2006 khususnya pada Bab IV pasal 16, 17 dan 18 menjelaskan tentang kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan ketentuan: Daerah Irigasi (DI) dengan luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Pusat, Daerah Irigasi (DI) antara 1000 ha - 3000 ha kewenangan Pemerintah Provinsi dan Daerah Irigasi (DI) lebih kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten, sedangkan jika berada pada lintas kabupaten maka menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.

UPTD Jaringan Irigasi Wilayah Rajagaluh memiliki luas areal 3565 Ha, kewenangan Pemerintah Provinsi dengan luas areal 1899 Ha yaitu Daerah Irigasi Cikamangi, kewenangan Pemerintah Kabupaten 1666 Ha dari 37 Daerah Irigasi tersebar di beberapa Kecamatan, sedangkan 40 Ha adalah tadah hujan.

Gambaran Umum Kabupaten Majalengka

      
Kabupaten Majalengka  merupakan  bagian dari wilayah  administrasi  Provinsi Jawa Barat  yang memiliki  luas wilayah  120.424  hektar  yang  terdiri  atas 26 kecamatan,  13 kelurahan dan 321 desa.  Secara geografis,  Kabupaten Majalengka terletak pada koordinat 06º 32’ 16,39”  sampai dengan 0 4’ 24,75”  Lintang Selatan dan  108º 2’ 30,87” sampai dengan 108º 24’ 32,84” Bujur Timur.
Jarak  dari  Ibukota  Kecamatan  ke  Ibukota  Kabupaten  berkisar  antara  0  -  37 Kilometer, dan jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer serta jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah ± 200 Kilometer. Batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Barat   dengan  Kabupaten    Sumedang,    dan    Sebelah    Timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan, Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam  3  (tiga)  kelas  yaitu  landai  atau  dataran  rendah  (0  –  15  persen),  berbukit bergelombang (15 – 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen berada dalam kelas kemiringan  lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen.
Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 - 100 m dpl), dataran sedang (>100 - 500 m dpl) dan dataran tinggi (> 500 m dpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi  Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 m dpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai.

Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan  dan air bawah tanah. Potensi air permukaan  diperoleh dari 2 (dua) sungai Cimanuk dan sungai Cilutung serta beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan  lainnya  berasal  dari  sumber  mata  air  yang  umumnya  berada  di  wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Sedangkan untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), secara umum  berada  di  Wilayah  Utara  dan  Tengah  Kabupaten  Majalengka  yang  potensi ketersediaan  ABT cukup baik,   kecuali untuk Kecamatan  Kertajati, Dawuan, dan Ligung kondisinya kurang baik.

Selasa, 03 November 2015

PENGUKURAN DEBIT AIR SECARA SEDERHANA


Oleh : Ardi Ismanto, S.Hut

Ada beberapa metode dalam pengukuran debit air suatu sungai atau sumber air di dalam kawasan, mulai dari metode yang cukup sederhana (menggunakan alat-alat sederhana) sampai dengan menggunakan metode yang cukup rumit dan mahal (menggunakan alat manual dan automatik).

Bagi petugas di lapangan (petugas resort/pejabat fungsional), metode pengukuran debit air secara sederhana dapat membantu mempermudah pengambilan data debit air suatu sumber mata air yang ada di dalam kawasan. Karena seperti diketahui bersama, terkadang petugas lapangan tidak cukup dilengkapi dengan alat-alat pengukuran debit air. Akan tetapi dengan segala keterbatasan tersebut petugas lapangan tetap dapat melakukan pengukuran dan data tersebut tetap valid. Berikut ini uraian metode pengukuran secara secara sederhana beserta cara perhitungannya :
  • Pengukuran debit air dengan Metode Tampung
Metoda ini dilakukan untuk pengukuran sumber mata air yang tidak menyebar dan bisa dibentuk menjadi sebuah terjunan (pancuran).
Alat yang diperlukan dalam pengukuran debit dengan metoda ini:
1.     Alat tampung dapat menggunakan botol air mineral untuk volume 1,5 liter atau alat tampung lain seperti ember/baskom yang telah diketahui volumenya.
2.     Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/handphone) yang dilengkapi dengan stop watch.
3.     Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.
Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:
1.     Siapkan alat tampung yang sudah diketahui volumenya.
2.     Bentuk aliran sebagai pancuran atau terjunan (untuk memudahkan pengukuran, aliran air sumber dapat dibendung kemudian aliran air disalurkan menggunakan bambu, potongan pipa, dll)
3.     Diperlukan 3 (tiga) orang untuk melakukan pengukuran. Satu orang untuk memegang alat tamping, satu orang bertugas mengoperasikan stop watch, dan orang ketiga melakukan pencatatan.
4.     Proses dimulai dengan aba-aba dari orang pemegang stop watch pada saat penampungan air dimulai, dan selesai ketika alat tampung sudah terisi penuh. Waktu yang diperlukan mulai dari awal penampungan air sampai terisi penuh dicatat (T) dalam form pengukuran. Pengukuran dilakukan 5(lima) kali (untuk mengoreksi hasil pengukuran), dan hasil pengukuran dirata-ratakan untuk mendapatkan nila T rata-rata.

Blanko pencatatan hasil pengukuran debit air dengan Metoda Tampung

Tanggal Pengukuran                                    :
Nama Sumber Air                                        :
Lokasi Sumber air (Koordinat/Blok/Zona)    :
Resort/Seksi Wilayah/Bidang PTN Wilayah    :

1.  Perhitungan waktu pengukuran
Volume alat tampung = --- liter (Volume alat penampung harus tetap dan sudah diketahui, jika belum diketahui harus diukur terlebih dahulu).

Tabel 1.  Penghitungan Waktu Pengukuran
Pengukuran
Waktu (T)
(detik)
Volume Penampung (V)
(Liter) (*)
P1


P2


P3


P4


P5


Jumlah


Rata-rata






Waktu rata-rata merupakan hasil pembagian antara Jumlah total waktu pengukuran dengan jumlah pengulangan pengukuran. 
           
                      S Waktu
T rata-rata = --------
                    n
          dimana :
T rata-rata = Waktu rata-rata (detik)
S Waktu     = Total Waktu Pengukuran
n               = Pengulangan Pengukuran

2.    Penghitungan debit air
Debit air (Q) merupakan hasil perkalian antara luas penampang (A) saluran/aliran  dengan kecepatan (v) aliran air.


                     Q = A.V


dimana:
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
= Kecepatan aliran air (m/detik)
         

·         Pengukuran debit air dengan Metoda Apung
Metoda ini menggunakan alat bantu suatu benda ringan (terapung) untuk mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka.  Biasanya dilakukan pada sumber air yang membentuk aliran yang seragam (uniform). 
Pengukuran dilakukan oleh 3(tiga) orang yang masing- masing bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan benda terapung dari suatu titik tertentu (start) kemudian dibiarkan mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai batas titik tertentu (finish), sehingga diketahui waktu tempuh yang diperlukan benda terapung tersebut pada bentang jarak yang ditentukan tersebut.
Alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran debit air dengan Metoda Apung:
1.     Bola pingpong atau bisa diganti dengan benda lain yang ringan (gabus, kayu kering, dll)
2.     Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/hand phone) yang dilengkapi dengan stop watch
3.     Alat ukur panjang (meteran atau tali plastic yang kemudian diukur panjangnya dengan meteran).

Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:
1.     Pilih bagian aliran yang tenang dan seragam, hindari aliran yang memiliki pusaran air.
2.     Tentukan dulu panjang saluran/lintasan (P) sungainya dan batasi titik awal (start) dan akhirnya (finish). (catat dalam form pengukuran).
3.     Bersihkan bagian aliran tersebut dan bentuklah menjadi aliran yang lurus dengan penampang aliran yang memiliki kedalaman yang relatif sama .
4.     Bagilah panjang saluran/lintasan menjadi beberapa bagian (misal 5 bagian/titik), ukur lebar sungai (L) pada titik-titik tersebut; dan ukur juga kedalamannya (H) pada bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah aliran. Kemudian hitung masing-masing rata-ratanya. (catat dalam formulir pengukuran)
5.     Hitung luas penampang (A) rata-rata seperti dalam formulir pengukuran.
6.     Gunakan benda apung (bola pingpong, kayu kering, gabus, dll) yang dapat mengalir mengikuti aliran air dan tidak terpengaruh angin.
7.     Lepaskan benda terapung pada titik awal lintasan (start) bersamaan dengan menekan stop watch (tanda start) dan tekan kembali stop watch (tanda stop) pada titik akhir lintasan (finish) dan hitung waktunya (T).
8.     Ulangi pengukuran waktu tempuh 5 kali ulangan.
9.     Catat waktu tempuh benda apung dan hitung waktu rata-ratanya.
10.   Hitung kecepatannya (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A) dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
11.   Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus